Setelah kepergian seseorang yang berarti untukku aku mulai kembali lembar kisahku, seperti biasa kegiatan rutinku sebagai seorang pelajar adalah menuntut ilmu dan tetap menjalani hobiku yaitu bermain dengan si kulit orange, hari – hari terasa biasa karena mungkin kurangnya warna dihidupku setelah ia harus pergi, hanya menjalani apa yang jadi kewajibanku dan selebihnya kuhabiskan untuk diam dan menyendiri. Hal itu menurutku adalah cara terbaik yang dapat menghilangkan semua rasa penatku, dan kembali aku merasakan hal yang membuatku terjebak dalam pertanyaan yang belum terungkap.
Aku bangun lebih pagi dari biasanya karena jujur aku sudah tak tahu bagaimana aku harus berbuat, aku berlutut beralaskan karpet bermotif dengan menggunakan kain dan topi bulat kemudian aku bercerita pada-Nya perihal masalahku dan yang ingin aku ketahui, yaitu jawaban dari yang aku rasakan. 2 jam berlalu ku bercerita akhirnya kudengar suara dari bilik dapur rumahku, itu adalah suara bibikku yang sedang berberes dan menyiapkan semua hal untuk pagi nanti. Dan kuputuskan untuk merebahkan badan dan mengistirahatkan pikiranku yang berujung aku tertidur pulas dan mendapat suatu pertanda, aku berjumpa sesosok yang sangat luar biasa dia, seluruh tubuhnya bercahaya dan samar dipandanganku, kemudian ia berkata “jika kamu mendapatkannya kamu akan bahagia, namun jika kamu kehilangannya maka sakit yang akan kamu terima” setelah itu aku terbangun dan terdiam, aku berpikir dan berusaha memecahkan maksud dari kalimat itu namun tak kunjung mendapat sebuah jawaban dan tetap terjebak dalam rasa yang tak bisa aku ketahui itu. Mungkin butuh waktu lama untuk mengerti, setiap kata dari kalimat itu sangat membuatku penasaran dan tak bisa lupa akan kalimat itu.
Suatu siang yang panas aku berteduh dibawah pohon sambil menikmati segelas minuman dingin berasa anggur, sungguh lelah hari itu, hingga segelas minuman tadi tak berarti, dan kuputuskan untuk singgah dirumah-Nya untuk beristirahat dan menenangkan pikiranku dan aku pun masuk setelah mensucikan diriku. 1 jam berlalu dan kulihat benda bulat yang melingkar ditangan kiriku, ternyata sudah tepat jam 1 siang, aku bergegas pulang dengan kendaraanku. Sesampainya dirumah kembali aku menemukan sebuah keganjalan, aku bertemu seorang nenek tua didepan rumahku, ia memakai baju layaknya pemulung, aku bertanya kepadanya perihal ia berada didepan pagar rumahku, ia pun tersenyum dan meminta minum kepadaku, akhirnya ku bergegas membuka pagar dan menyuruh nenek tadi untuk menunggu di beranda rumahku dan aku mengambilkan ia segelas minum. Tak lama kemudian, aku kembali dengan segelas air putih dingin ditanganku dan keberikan kepada nenek itu, dengan cepat nenek itu menghabiskannya dan aku bertanya apakah masi kurang minumnya, ia menjawab dengan berkata “ikuti kata hati kamu, disitulah jawaban yang selama ini kamu cari” kemudian ia pergi sedangkan aku terpaku mendengar apa yang aku dengar, pada saat aku kembali ingin menanyakan sesuatu ia pun sudah pergi. Jujur aku pun kembali terjebak dengan perkataan dan kalimat itu, sangat aneh namun cukup menenangkanku. Siapapun nenek itu aku tahu dia lah yang diutus oleh-Nya untuk menyampaikan itu. Dan aku kembali berusaha menguak misteri rasa yang selalu ada di benakku.